Pachinko Judi Jepang

Pachinko Judi Jepang

Pilih Mesin Permainan

Ada beberapa mesin berbeda yang tentunya juga memiliki harga pembayaran berbeda dengan tingkat kemungkinan jackpot berbeda. Sebagai pemula, sebaiknya dimulai saja dengan menggunakan mesin yang hanya perlu membayar satu yen setiap bolanya. Sebaiknya pilih mesin bertanda “1/99” dengan kemungkinan menang lebih tinggi.

Saat ini sebenarnya alat pembayaran sudah seringkali tidak lagi berupa bola melainkan berupa uang digital dalam sebuah kartu. Cobalah untuk mencari salah satu kasir di sebuah rumah permainan tersebut untuk mendapatkan kartu sebagai tiket permainan. Masukkan kartu IC tersebut ke dalamnya.

Setelah memasukkan kartu, di sebelah kiri bagian konsol terdapat tombol tamakashi yang akan memberikan bola. Setelah itu, pemain hanya perlu memutar knob, pastikan untuk mengatur ini karena akan menentukan seberapa jauh bola nantinya. Atur saja sesuai insting.

Di layar akan tampak bola bergerak kemana, ini juga nanti akan menentukan seberapa banyak hadiah yang bisa didapatkan. Setelah bola berhenti, mesin secara otomatis akan mengeluarkan bola-bola silver kecil sebagai hadiah sesuai dengan jatuhnya bola.

Hadiah utama dari permainan ini bukanlah uang tetapi bola-bola silver yang nanti bisa ditukarkan dengan sesuatu termasuk uang. Semakin banyak bola yang diperoleh maka akan semakin besar pula hadiah yang bisa didapatkan, jadi berusahalah dapatkan banyak bola. Kunjungi counter terdekat lalu lakukan penukaran dengan barang yang diinginkan.

Ketenaran pachinko sudah dimulai sejak puluhan tahun lalu dan ini mempengaruhi popularitasnya hingga saat ini. Orang-orang yang lahir pada masa awal permainan ini ada hingga saat ini pun masih tetap memainkan permainan yang sama. Tidak ada perbedaan antara seorang lansia ataupun anak muda yang bermain ini meskipun mesinnya terus berkembang.

Para lansia yang ada di Jepang dengan pendapatannya yang lebih pada sekali pakai saja ternyata masih gemar bermain permainan ini. Bahkan pendapatan perusahaan ternama di bidang ini di Jepang ternyata sebagian besar diperoleh dari orang tua yang masih tetap bermain. Meskipun memang permainan ini juga banyak dimainkan anak muda.

Data mengatakan ada sebesar 25% dari total keseluruhan akun dalam permainan ini dimiliki oleh para lansia, bukan anak muda. Pengguna mesin ini ternyata juga meningkat setiap kali memasuki tanggal 15 setiap bulannya, kenaikan sekitar 20%-30% dari hari biasa. Ini selaras dengan biaya pensiunan yang diterima lansia di Jepang yang dibayarkan pada waktu itu.

Permainan pachinko hingga saat ini sudah bukan lagi menjadi sekedar permainan untuk mendapatkan uang saja. Lebih dari itu, permainan ini juga menjadi sarana untuk memuaskan hasrat banyak pemainnya dan sudah menjadi hal lazim. Cobalah untuk memainkan mesin ini ketika berkunjung ke negara Jepang dan rasakan sensasi permainan populer ini secara langsung.

Baca juga: Live House di Jepang Memberikan Nuansa yang Berbeda untuk Musisi dan Para Penikmat Musik

Berita Jepang | Japanesestation.com

Salah satu sektor bisnis yang terdampak pandemi virus corona adalah bisnis pachinko. Dengan diumumkannya status keadaan darurat Jepang pada 7 April lalu, kebanyakan tempat (parlour) pachinko yang tidak dapat melakukan social distancing terpaksa menutup usaha mereka hingga kebijakan lockdown dicabut. Namun, beberapa parlour di Kansai menolak untuk menutup bisnis mereka karena menurut mereka, hal itu akan membuat mereka bangkrut.

Untuk menolong bisnis kecil seperti pachinko dari kebangkrutan, Pemerintah Metropolitan Tokyo menawarkan dana sebesar 1 juta yen dengan permintaan agar para pemilik menutup bisnis mereka. Namun, beberapa operator malah menghabiskan dana lebih dari 1 juta yen hanya untuk menyewa tempat saja, membuatnya sulit membayangkan apakah dana tersebut bisa membantu bisnis mereka.

Meskipun begitu, pachinko sebenarnya bisnis yang menguntungkan. Hampir semua waktu luang orang-orang dimanfaatkan untuk bermain di pachinko, bahkan 1 dari 11 orang bisa bermain setiap satu minggu sekali. Karena itu, jika terus dibuka, bisnis ini bisa meraup dana sebesar 200 miliar dolar per tahunnya, setara dengan 4% PDB (produk domestik bruto) tahunan Jepang. Jumlah ini bahkan 30 kali lebih banyak dari yang diraup Las Vegas setiap tahunnya dan 2 kali lebih banyak dari industri ekspor mobil Jepang. Hebat kan?

Nah, apa sih yang membuat bisnis ini begitu menarik perhatian? Donald Richie, seorang peneliti budaya Jepang, mendeskripsikan pachinko sebagai ‘cut-rate Zen’. Kehidupan pekerja di Jepang bisa terasa sangat berat, membuat orang-orang ingin lari dari kenyataan. Di sinilah pachinko berperan sebagai tempat melepas stres dari tempat kerjanya. Di balik bunyi ribuan bola perak yang berkelap-kelip, orang-orang ini merasa mereka menemukan “sesuatu” yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Awalnya, pachinko terinspirasi dari pinball ‘bagatelle’ asal Amerika yang hadir di Jepang pada tahun 1920-am. Mesin ini kemudian dipasang di beberapa toko kue yang membuatnya disebut ‘pachi pachi’ yang berasal dari bunyi berdenting bola.

Pada tahun 1930-an, papan dan poster mulai digunakan untuk promosi, membuat banyak orang dewasa mulai memainkannya. Namun, pachinko mulai benar-benar populer sebagai sarana hiburan setelah Perang Dunia II.  Pada tahun 1980-an, bisnis ini mulai merambah ke techno-futuristic dengan memperkenalkan game elektronik. Mulai dari sini, parlor lebih ramai dan lebih berwarna-warni, sangat sempurna untuk dikunjungi untuk satu hingga 2 jam sebelum pulang ke rumah dalam perjalanan pulang.

Bagaimana sih sebenarnya cara memainkannya? Mudah, sebenarnya tidak perlu memiliki skill tertentu dalam memainkan pachinko. Sama seperti pinball, gerak bola tergantung seberapa kuat kamu menarik pelatuknya. Namun, pachinko itu gambling, semua tergantung keberuntunganmu. Masukkan bolanya ke dalam lubang dan kamu akan mendapat lebih banyak bola. Biasanya, 125 bola itu dihargai 500 yen, jadi setiap bola memiliki harga sekitar 4 yen.

Secara teori, gambling atau judi itu ilegal di Jepag, namun pachinko parlour punya cara sendiri agar tidak melanggar hukum. Saat tengah malam, kamu memasukkan bolamu ke sebuah mesin yang memberimu sebuah tiket. Setelah itu, pergilah ke toko khusus di sudutnya, di mana kamu menukar tiket tersebut dengan uang tunai.

Mungkin saja tidak diperlukannya skill sama sekali yang membuat pachinko sangat menggoda. Menurut sebuah penelitian yang diadakan pada tahun 1991, ditemukan bahwa 29% pemain berpikir kalau mereka mengalami kecanduan pachinko dan 30% menyatakan mereka kerap meminjam uang untuk membuat mereka tetap bisa bermain.

Nah, karena keadaan mulai normal, parlour mulai dibuka kembali yang berarti para maniak pachinko juga kembali. Namun sayangnya, layaknya populasi di Jepang, pachinko juga semakin tua dan jumlah parlour mulai menyusut. Para pemilik parlour juga kesulitan menarik perhatian pemain muda yang lebih tertarik bermain game. Kesimpulannya, ada atau tanpa virus corona, popularitas pachinko memang mulai menyusut.

Saat jalan-jalan di Shinjuku, saya pun ‘berkenalan’ dengan nightlife Jepang yang sesungguhnya. Jika sebelumnya saya belajar kebudayaan Jepang dari drama, anime, manga, dan movie, kini saya dapat melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri. Shinjuku memang tak pernah bosan membuat saya takjub. Tak terkecuali dengan aneka hiburan yang mengundang.

Saat saya menelusuri jalanan Shinjuku, di kanan-kiri jalan banyak sekali restoran, kedai, hotel, rental, tempat karaoke hingga Pachinko. Jangan salah, meski terlihat sangat sederhana beberapa tempat hiburan ini ternyata menyumbangkan banyak pemasukan untuk negara Jepang lho. Bahkan nilainya bisa mencapai triliunan, khususnya untuk Pachinko.

Pachinko merupakan permainan menyerupai pinball yang dulunya menjadi permainan untuk berjudi. Kita akan diminta untuk memasukkan bola-bola logam yang nantikan akan bergerak mengikuti rangkaian pin. Jika beruntung, bola logam ini akan masuk ke dalam lubang.

Setelah masuk ke dalam lubang, jumlah bola logam yang bergerak di antara rangkaian pin pun akan bertambah. Dengan demikian, kesempatan bola logam untuk masuk ke dalam lubang pun juga semakin besar. Minna bisa menang besar!

Minna akan meraih kemenangan dengan memasukkan banyak bola logam ke dalam lubang. Kupon yang didapat nantinya dapat ditukarkan dengan uang di tempat lain yang gedungnya tersembunyi dan relatif. Sebenarnya Pachinko tak diperkenankan untuk area berjudi, sehingga kita dapat mendapatkan uang dengan cara yang cukup rumit. Inilah yang menjadi daya tarik Pachinko bagi masyarakat Jepang. Apalagi, kini Pachinko hampir serupa dengan mesin slot.

Telah banyak modernisasi yang dilakukan sehingga permainan makin menarik dan tak membosankan. Dilengkapi dengan musik serta anime, membuat para pemain makin betah stay di Pachinko. Pachinko yang saya kunjungi pun ternyata Pachinko versi Evangelion!!! Berjam-jam bermain di Pachinko pasti tak akan terasa.

Sayangnya, hanya pengunjung di atas usia 18 tahun saja yang diperkenankan masuk. Jadi bagi minna yang masih di bawah umur, melihat Pachinko dari luar saja ya. Karena saya telah cukup umur, saya pun mencoba masuk dan memotret sedapatnya.

Pasalnya, seorang pengunjung Pachinko telat memelototi saya karena merasa terganggu. Di dalam area ini sangat ramai dan padat. Sebagian besar pengunjung adalah laki-laki muda hingga setengah baya. Mereka nampak begitu fokus dengan layar dan beberapa orang tak sadar tengah saya amati.

Selesai foto-foto, saya langsung kabur karena khawatir menimbulkan masalah. Sebenarnya tak perlu khawatir berburu foto di Pachinko. Asal kita tak memfoto wajah para pengunjung, masih sah-sah saja mengambil foto.

Saya pun menjadi maklum jika Pachinko menyumbangkan pemasukan sebesar 29 triliun pertahun untuk perekonomian Jepang. Selain diminati banyak orang, hampir di semua tempat terdapat Pachinko. Entah di Tokyo, Kyoto maupun Osaka. Inilah cuplikan nightlife Shinjuku yang sempat saya cicipi meski sedikit. Tunggu kisah selanjutnya ya.

Negara Jepang memiliki budaya yang sangat beragam di dalam kehidupan bermasyarakatnya mulai dari makanan hingga pakaian. Sebenarnya kehidupan di Jepang sendiri jauh lebih dari itu, ada juga kehidupan malam atau judi ilegal di negara ini. Ketika berkunjung ke Jepang, satu judi yang mungkin menarik perhatian adalah pachinko ini.

Slot kasino satu ini tersedia di banyak tempat di Jepang, bahkan kilatan lampu neon mesinnya bisa dilihat dari kereta. Ketika menyalakan TV juga akan ada banyak iklan yang berasal dari kasino ini dengan bintang iklan para artis terkenal. Tidak bisa dipungkiri lagi, bisnis slot kasino ini benar-benar besar dan tersedia hampir di seluruh wilayah.

Pachinko, Si Judi yang "Legal"

Tempat judi pachinko tersedia seperti kedai tertentu yang berisikan sejumlah mesin slot (disebut juga pachisuro パチスロ atau pachislot). Ketika beroperasi, tempat ini terlihat sedikit sama dengan kasino yang ada di berbagai wilayah-wilayah lainnya. Meski begitu dewasa ini sudah ada beberapa mesin pachinko modern yang disesuaikan kembali, tidak dalam bentuk kedai.

Sebenarnya, berjudi untuk uang merupakan contoh satu tindakan ilegal yang memang tidak boleh dilakukan di Jepang. Akan tetapi, terbukti dari popularitas yang dimiliki oleh “judi” satu ini, menunjukkan adanya celah dalam hukum yang memungkinkannya menjadi “legal”.

Saat mempraktekannya, ketika memainkan judi satu ini, sebuah bola yang didapatkan melalui mesin tidak bisa ditukarkan langsung dengan uang. Bola ini nantinya akan diperdagangkan pada pengepul tertentu kemudian mendapatkan sesuatu yang disebut dengan token. Setelah itu, hadiah khusus atau token baru dijual di vendor terpisah dengan uang.

Vendor yang menerima penjualan token ini terletak di luar lokasi kasino sehingga dianggap terpisah dari kasino secara hukum. Penukaran hadiah dengan uang secara teknis tidak melanggar hukum dan inilah alasan mengapa judi ini dianggap legal.

Judi ini telah memiliki pasar yang sangat besar, pada tahun 1994 saja sudah ada keuntungan sebesar 30 triliun yen. Keuntungan meningkat pesat terbukti dari data tahun 2015 lalu yang melebihi keuntungan gabungan dari Singapura, Macau, dan Las Vegas.

Kemunculan pertama mesin permainan satu ini diciptakan yakni saat tahun 1920-an dan penciptaannya sama sekali tidak untuk judi. Awalnya, ini merupakan permainan anak-anak dan dahulu panggilannya adalah permainan korintus atau korintus gemu. Di Amerika, permainan yang sama disebut dengan bagatelle Korintus meski tidak begitu terkenal.

Ada mesin yang menjadi inspirasi permainan ini yaitu Billiard Japonais atau billiard Jepang yang berkembang di Eropa sekitar abad ke-18. Kemudian permainan mulai digemari oleh orang dewasa berawal dari wilayah Nagoya saat 1930 kemudian menyebar ke seluruh wilayah. Sempat terjadi penutupan semua kedai game ini sepanjang Perang Dunia II lalu muncul lagi.

Sejak saat itu, permainan ini menjadi populer dan keberadaan rumah game ini pertama kali dimulai pada tahun 1984 di Nagoya. Di Jepang, pemilik kedai permainan ini tidak berasal dari etnis asli melainkan didominasi oleh 80% etnis Korea. Di Tahun 2001, ada pembelian saham di Tokyo Plaza dengan total rumah bermain 20% di Jepang oleh perusahaan Inggris.

Sebelum masuk 1980-an, mesin yang ada hanya berupa perangkat mekanis saja dengan prinsip sederhana pada belnya. Listrik yang dialirkan pada mesin hanya sebagai bahan untuk menyalakan lampu dan penunjuk saat ada masalah, tidak sebagai keperluan teknis. Prinsip mesin masih menggunakan sirip yang bisa diatur tingkatannya dengan menariknya.

Produsen terbesar mesin ini saat itu adalah perusahaan Nishijin dan Sankyo dengan penjualannya melalui wadah lelang besar. Selepas tahun 1980-an, sudah mulai ada berbagai fitur elektronik yang diasosiasikan dan kebutuhan listrik untuk mesin beroperasi menjadi mutlak.

Prinsip yang ada pada mesin ini sebenarnya sama dengan prinsip pada pinball hanya dikombinasikan dengan beberapa slot. Tidak ada yang sulit jika ingin mencoba memainkan game satu ini karena cara bermainnya tergolong sangat sederhana. Berikut ini langkah-langkahnya: